Kisah di Balik Kotak

Cerita berawal dari kesamaan passion dua orang lulusan sekolah arsitektur di Houston yang memilih tidak menjadi arsitek. Untuk mengisi rumah pertama mereka di Miami, Marcel dan Maya membeli furnitur-furnitur bekas, lalu mendesain ulang untuk memberinya tampilan baru. Puas dengan hasilnya, mereka menyadari keseruan baru dalam mendesain, mendekor, dan menata interior, dengan menjadikan furnitur sebagai bagian utamanya. Kedua arsitek ini pun yakin untuk berbelok sedikit dari dunia arsitektur. Mereka memutuskan untuk mengujinya di tempat yang baru. Pasangan suami istri ini kemudian pergi ke Indonesia. Mereka membeli one way ticket. Artinya, tidak pilihan lain selain mencapai sukses di negeri yang baru. (Wawancara berlangsung pada 2014)

Cerita di atas merupakan kisah lebih dari 20 tahun yang lalu. Hingga kini pasangan Marcel Opstal dan Maya Basyroel masih belum kehilangan passion pada dunia desain furnitur. Box Living mereka dirikan sejak tahun 1997 sebagai pelampiasan passion mereka yang ingin membuat sesuatu langsung dengan tangan sendiri. “Setelah masing-masing kami lulus dan sempat bekerja sebagai arsitek, kami sering berkeliling ke berbagai kota di Amerika untuk melihat toko-toko antik dan flea market di sana. Beragam desain furnitur yang kami lihat membuat kami ingin menghasilkan sesuatu dari pengalaman itu, dengan tangan kami sendiri. Itulah cikal bakal lahirnya Box Living,” buka Marcel Opstal. “Barang-barang yang kita pakai dan kenakan sehari-hari bukan berasal dari satu tempat saja. Kita memakai baju dari toko A, celana merk B, sepatu dari butik C, dan semua terlihat harmoni membalut keseharian dan membuat kita nyaman dengannya,” tambah Marcel memberi  analogi tentang konsep ide desain Box Living.

Bermula dari Singapura, kini Box Living cukup menjadikan Negeri Singa itu sebagai etalase bagi pasar internasional. “Seluruh kegiatan desain dan produksi Box Living dilakukan di Indonesia. Begitupun dengan material dan pengrajin sebagai mitra kami yang semuanya berasal dari dalam negeri,” buka Marcel dengan nada bangga. Kebanggaan Marcel bukan tanpa alasan. Ia dan Maya telah menjalankan perusahaan ini lebih dari 17 tahun. Dengan tegas ia mengatakan bahwa material dan hasil pengerjaan produk furnitur dalam negeri sebenarnya layak menjadi kualitas dunia. Menurutnya, Indonesia harus keluar dari peran sebagai cheap basebagi brand lain di dunia. “Merk-merk furnitur terkenal dunia banyak yang dibuat di Indonesia. Saat ini alasan mereka adalah rendahnya biaya tenaga kerja. Namun menurut saya, sudah saatnya Indonesia keluar dan dikenal dunia sebagai sebuah produk,” jelas Marcel.

Keyakinan Marcel berdasar dari kenyataan bahwa Box Living sebagai produk Indonesia, dengan ciri dan material Indonesia, bisa diterima di berbagai negara di dunia. Kondisi dunia yang menjadi semakin kecil seiring kemajuan teknologi membuat ‘jarak’ antara negara maju dan negara berkembang semakin dekat. Apa yang dianggap bagus di Amerika dan Eropa saat ini juga berlaku di belahan dunia lain di saat yang sama, Asia misalnya. “Furnitur yang  kita buat lebih tentang bagaimana eksekusinya, desainnya, lebih dari desain itu sendiri. Bukan sekadar bagaimana detailnya, namun bagaimana kita menghasilkan detail tersebut. Lalu kami tetap menampilkan ciri Indonesia dan Asia pada layer terluarnya sehingga semua orang bisa melihat itu. Kami mempersembahkan Indonesia untuk dunia,” tegas Marcel. Berkaca dari kesuksesan Box Living, ia yakin bahwa tidak lama lagi produk furnitur Indonesia bisa menjadikan negeri ini seperti Jerman yang bangga dengan produk engineering mereka, Detroit di Amerika dengan industri otomotifnya yang kembali bangkit, atau Italia dengan furnitur-furnitur produksi mereka sendiri. Baca artikel lainnya di sini.

Naskah: Donny Amrin
Tags:
Leave a Comment