Properti Terintegrasi Berorientasi Transportasi

  • Home
  • Opini
  • Properti Terintegrasi Berorientasi Transportasi

Foto: Ilustrasi dok. Urban Signature

Proyek hunian terintegrasi berorientasi transportasi kini menjadi tren kekinian pembangunan properti dan menghembuskan angin segar bagi para pelaku di industri properti untuk mengisi proyek ini ke dalam portofolio bisnis mereka. Kebijakan ekonomi pemerintah terbaru bertujuan meningkatkan investasi dengan mendorong pembangunan properti bagi rakyat dan mengintensifikasikan pembangunan infrastruktur transportasi massal di Jakarta. Konsep kawasan ini menjadi sesuatu yang seksi di mata investor, pengembang, maupun pemburu hunian dengan melihat adanya konektivitas proyek properti dan jalur transportasi.

Pengembangan pemukiman baru di tengah kota yang mengadopsi tata guna lahan dan ruang campuran serta penggunaan angkutan publik adalah bentuk utilisasi perencanaan kota yang terintegrasi dengan memaksimalkan akses transportasi yang nyaman bagi masyarakat untuk beraktivitas dengan memanfaatkan lahan yang berada pada fasilitas umum seperti stasiun atau terminal. Konsep ini membutuhkan jaringan pengangkutan massal untuk diterapkan di sebuah kota yang mempunyai kepadatan penduduk dan mobilitas yang tinggi. Proyek ini adalah sebuah inovasi dan solusi bagi megakosmopolitan Jakarta untuk mengatasi minimnya ruang dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang otomatis akan mereduksi kemacetan karena nantinya masyarakat bisa menggunakan akses transportasi publik yang mudah dan murah. Pengembangan properti seperti ini telah menjadi tren di kota-kota besar seperti Amsterdam, Hong Kong, Seoul, Singapura, Tokyo, dan New York.

Baca: Hunian Berbasis TOD untuk Jakarta yang Lebih Ramah

Dengan pendekatan yang komprehensif untuk pengembangan kota yang sejalan dengan kebutuhan mobilitas warga masyarakat, proyek ini menjangkau kalangan menengah bawah dengan menyediakan rumah susun sederhana milik, yaitu hunian vertikal terpadu dengan transportasi massal dekat atau di atas stasiun dengan harga mulai dari Rp 200 juta hingga Rp 700 juta per unit. Setelah 2 tahun rampung, harga properti ini diproyeksikan naik dua kali lipat dan berlanjut naik sekitar 15% per tahunnya. Rancangan hunian ini, tentunya harus berpihak pada pejalan kaki dan pesepeda, bukan hanya berorientasi pada pengemudi kendaraan bermotor, wajib memiliki jalur pedestrian yang aman dan nyaman untuk pemukim dan juga penduduk di sekelilingnya. Pengembangannya harus lebih bersifat multifungsi sebagai suatu kawasan koheren yang meliputi fungsi hunian, komersial, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas pendukung lainnya. Ide pengembangan properti seperti ini sejatinya bukan sekadar menata kota saja, akan tetapi merawat kehidupan di Ibukota sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup penghuninya sekaligus warga di sekitarnya.

Baca: Teknologi Digital pada Sektor Properti

Setidaknya ada beberapa lokasi yang dapat menjadi perhatian dan berpotensi menjadi lokasi favorit, yakni Bekasi, Cawang, Cikokol, Ciracas, Cisauk, Fatmawati, Palmerah, Pondok Cina, Sentul, dan Tanjung Barat. Setiap stasiun tidak hanya mengakomodasi transportasi saja, tetapi kebutuhan hunian laik yang memiliki nilai tambah ekonomi juga untuk kelas menengah bawah. Pemerintah tengah merangkai peraturan bilamana pembeli ingin menjual lagi harus menunggu setidaknya setengah dekade, serta beleid skema koordinasi bagi para pelaku dan juga pengembang yang terlibat dalam proses pengintegrasian dengan moda transportasi lainnya. Banyak perusahaan yang ikut serta, yaitu Adhi Karya, Agung Podomoro, Agung Sedayu, Ciputra, KAI, Perumnas, Pikko, PP Property, dan Wijaya Karya.

Milenial kian hari semakin realistis mencari hunian yang dekat dengan jaringan infrastruktur dan transportasi. Saat ini ada sembilan sistem transportasi umum yang dikembangkan di wilayah Jabodetabek mulai dari bus hingga kereta, serta ada selusin titik pengembangan kawasan properti terintegrasi berbasis transportasi. Fasilitas yang ditawarkan melalui konsep ini menjadi magnet yang memikat dan memiliki daya tarik khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota satelit Ibukota. Diharapkan pembangunan berbasis transportasi ini menjadi kemaslahatan bagi warga Jakarta dan sekitarnya dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah semakin tingginya aktivitas masyarakat urban.

David Cornelis – Pengamat Properti

www.davidcornelis.com

Tags:
Leave a Comment