Foto: Yudi DH.
Athome.id – Bila Anda sedang berada di suatu tempat dan melihat ada seorang pria berbicara sendiri, jangan langsung memandangnya dengan curiga. Bisa jadi ia sedang berbicara dengan tanaman di dekatnya. Bila itu masih terdengar aneh, maka orang itu mungkin Satya Putra yang sedang mengurus tanaman dengan kasih sayang.
Kecintaan Satya pada tanaman teramasuk kategori istimewa. Ia memperlakukan mereka benar-benar sebagai makhluk hidup yang juga butuh interaksi dan perhatian. Bisa ditebak, biologi adalah pelajaran yang paling disukainya ketika sekolah. Ketika nilai mata pelajaran matematika dan fisika ditulis dengan tinta merah, nilai biologi Satya hampir sepuluh. Modal itu ternyata cukup mengantarkannya masuk Jurusan Biologi di Institut Teknologi Bandung.
Masa kuliah Satya cukup unik. “Sebagai mahasiswa yang harus mengandalkan beasiswa, saya tidak punya dana untuk kos. Jadi selama nyaris empat tahun, saya tinggal di ruang Himpunan (Himpunan Mahasiswa) dan tidur dalam sleeping bag,” kenang pria berkacamata ini.
Walau hari-harinya dipenuhi dengan belajar dan praktikum untuk mengejar nilai, Satya juga mahasiswa yang butuh hiburan dan jalan-jalan. “Agar bisa jalan-jalan gratis, saya bergabung dengan mahasiswa pecinta alam. Jadi ada agenda rutin untuk refreshing,” tambahnya. Bahkan Satya bisa mendapat penghasilan dari jalan-jalan gratisnya itu. “Jika orang lain naik gunung dan masuk hutan untuk menikmati suasana dan melihat pemandangan saja, saya juga memetakan tanaman yang ada di sana. Saya buat transect dan laporannya lalu saya serahkan ke BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam). Saya mendapat bayaran untuk itu,” kenang Satya tersenyum.
Perjuangan Satya sebagai mahasiswa berbuah beasiswa S2 ke Jepang. Ia mengambil jurusan Molecular Biology. Sempat magang sebagai teknisi labolatorium di Negeri Sakura, Satya harus pulang membaktikan ilmu yang didapat untuk negara dengan bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Tak lama kemudian ia pindah, bekerja di JIS (Jakarta Intercultural School) hingga sekarang. Bersamaan dengan itu, ia bergabung dengan seniornya untuk membesarkan nama Larch Studio.
Sebagai landscaper, Satya memilih pasar yang tidak besar. Karya-karyanya lebih banyak dibuat pada proyek-proyek komersial yang membutuhkan sentuhan personal secara spesifik seperti hotel, restoran, butik, atau showroom.
Tempat-tempat yang dulu tidak membutuhkan tanaman, kini banyak memasukkan tanaman sebagai bagian dari interiornya. Keberadaan tanaman dalam ruangan saat ini dianggap bisa mendekatkan manusia di dalamnya dengan alam dan menimbulkan perasaan nyaman. Entah itu kesadaran pemiliknya atau sekadar mengikuti tren, yang pasti fenomena tersebut direspon dengan baik oleh Satya.
Salah satu proyek yang ditangani Larch Studio adalah landscape untuk hotel Katamama di Bali, karya arsitek terkenal Andra Matin. Satya berharap ada lebih banyak landscaper yang terjun dan bersaing di pasar ini. Sebagai certified gardener yang membawahi beberapa staf, Satya tidak keberatan untuk terjun langsung dan berkotor-kotoran di taman. “Saya bangga menyebut diri saya tukan kebun,” tegasnya. Lihat foto lebih lengkap di sini.
Naskah: Donny Amrin
Leave a Comment