
Athome.id – Berlokasi di kawasan panas bumi legendaris Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, lahirlah inovasi yang menggugah dunia kopi: kopi panas bumi pertama di dunia. Inovasi ini dipelopori oleh Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, yang akrab disapa Mang Deden, berkat kolaborasi erat dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).
Terletak di wilayah Cincin Api Pasifik, Indonesia menyimpan sekitar 40% cadangan panas bumi dunia. Kamojang, sebagai salah satu wilayah panas bumi tertua di Indonesia yang mulai dieksplorasi sejak 1926, kini menorehkan sejarah baru sebagai tempat lahirnya Geothermal Coffee, kopi yang diproses menggunakan uap panas bumi.
Dari Warung Kopi ke Inovasi Geothermal
Perjalanan Deden di dunia kopi dimulai pada 2015 melalui bisnis kedai kopi sederhana. Sebagai Ketua Karang Taruna Kecamatan Ibun, Deden memanfaatkan kedainya sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi. Di sinilah ia mulai berinteraksi dengan para karyawan PGE Kamojang yang rutin menjadi pelanggan. Diskusi ringan soal kopi berkembang menjadi kolaborasi serius untuk menghadirkan inovasi pengolahan kopi berbasis energi terbarukan.
Didorong oleh dukungan PGE, Deden menggagas Geothermal Coffee Process (GCP), yang memanfaatkan teknologi Geothermal Dry House. Teknologi ini menggantikan metode pengeringan kopi konvensional dengan memanfaatkan uap panas bumi (steam trap) yang disalurkan melalui pipa, memungkinkan proses pengeringan yang lebih cepat, stabil, higienis, dan ramah lingkungan.“Kami menguji lebih dari 20 teknik fermentasi hingga menemukan tiga metode terbaik yang cocok dengan karakteristik panas bumi. Hasilnya? Rasa kopi lebih fruity, aroma lebih kuat, dan tekstur lebih lembut,” ujar Deden.
Efisiensi Tinggi, Mutu Lebih Unggul
Proses pengeringan dengan Geothermal Dry House memiliki efisiensi luar biasa, bahkan hingga 300% lebih cepat dibanding pengeringan tradisional. Ini memungkinkan penghematan biaya produksi dan peningkatan output secara signifikan, tanpa kompromi terhadap kualitas.
Kini, GCP telah bermitra dengan lebih dari 80 petani lokal, menyerap hingga 20 ton biji kopi dalam satu musim panen. Produk yang dihasilkan berupa green bean berkualitas tinggi, siap ekspor dan telah menembus pasar Jepang, dengan target perluasan ke Eropa tahun ini.
Menjaga Kualitas dan Mendorong Kolaborasi
Bagi Deden, inovasi bukanlah satu-satunya kunci sukses. Konsistensi mutu dan kolaborasi lintas pihak adalah fondasi utama keberlanjutan. Ia berterima kasih atas peran aktif PGE dalam membimbing dan mempercayai potensi pelaku usaha lokal.“Kopi panas bumi bukan hanya soal produk unik, tapi juga tentang membuka jalan bagi masyarakat untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi lebih besar,” ungkapnya.
Menuju Masa Depan
Tak berhenti di situ, Deden kini menjabat sebagai Managing Director GCP dan tengah merintis jenjang pendidikan S1 di bidang manajemen bisnis melalui program beasiswa dari PGE. Baginya, membangun bisnis berkelanjutan jauh lebih penting daripada sekadar menciptakan produk baru.
Leave a Comment