
Foto: Ilustrasi/ Crown
Siapa berani datang Jakarta? Siapa suruh datang Jakarta? Siapa betah tinggal di Jakarta? Saat menulis artikel ini, rasanya seperti sedang dihidangkan semangkuk asinan jambu air yang pedas, asam, segar, sekaligus bikin ngiler. Ya! Bagi saya, tinggal di Jakarta seperti itu rasanya. Campur-campur, banyak asam dan pedasnya, namun tetap bikin nagih.
Jakarta terbukti sebagai salah kota di dunia yang tengah bekembang dengan pesat. Menuju megapolitan dengan segala problematikanya. Tidak bermaksud untuk menyampingkan masalah banjir, kemacetan, pendidikan, kebudayaan, kejahatan jalan raya, sampai kesetaraan gender, namun masalah Jakarta yang cukup serius adalah kepadatan penduduk.
Saat di mana sebuah kota rasanya sudah tidak mampu lagi menampung begitu banyak penduduk dalam satu waktu dan tempat yang sama. Ya, faktanya Jakarta adalah kota terpadat nomor ketujuh di dunia! Bukan kah itu luar biasa? Selama ini kita atau kebanyakan dari kita bekerja dan tinggal di kota yang sangat penuh sesak.
Di tahun 2017, Jakarta menampung lebih dari 15.000 orang untuk setiap satu kilometer perseginya. Ini sama saja untuk setiap satu meter persegi kita harus berbagi ruang dengan 15 orang! Tentu saja ini terlihat tidak mungkin dan mengada-ada, tapi faktanya memang begitu. Jakarta memang sudah saatnya bertransformasi. Kalau Jakarta masih enggan berubah, artinya kita lah yang perlu berubah!
Hunian vertikal adalah cara terbaik mendifusi masalah ini. Cara yang praktis dan logis untuk sekaligus mengembangkan kota-kota penyangga di sekitar Jakarta. Mengapa demikian? Karena rasanya tidak ada developer yang rela mengembangkan hunian vertikal dengan harga miring di Jakarta. Sangat jarang developer yang peduli untuk mengakomodasi kebutuhan hunian untuk semua kalangan masyarakat.
Namun, URBANtown – hunian vertikal terjangkau yang dikembangkan PP Urban berani mengambil porsi tersebut. URBANtown menyediakan hunian terjangkau dengan harga yang tidak silau. Kini, URBANtown hadir di Serpong dan Karawang dengan harga yang sangat masuk akal. Hanya dengan Rp170 jutaan, kini semua orang punya kesempatan yang sama untuk tinggal di rumah sendiri. Sampai kapan Jakarta akan terus penuh sesak?
Leave a Comment