Berwisata Halal ke Taiwan

Foto: Pipit Pianita

Pertengahan September lalu, saya diundang menikmati  wisata halal Taiwan bersama Taiwan Leisure Farm Development Association (TLFDA) selama 5 hari 4 malam. Saat itu, Taiwan masih berada di musim panas. Suhu udara tidak berbeda dengan Indonesia, sekitar 32-34 derajat saat siang dan malam 28-30 derajat. Cukup panas mengingat Taiwan merupakan negara empat musim. Saya pun meninggalkan syal, jaket tebal,kaos kaki wol, baju penahan panas, dan menggantinya dengan kemeja katun yang nyaman dan menyerap keringat.

Dengan penerbangan China Airlines, waktu tempuh Jakarta-Taiwan non stop sekitar 5.5 jam via Bandara Internasional Taiwan Taoyuan. Bandara pertama di Taiwan yang dibangun 1979 sebagai perluasan Taipei Songshan Airport. Tidak mengherankan bila masih banyak detail bangunan yang terlihat jadul usai menuruni pesawat hingga menuju bagian imigrasi. Selepasnya, kemegahan arsitektur dan interior Taoyuan sudah bisa disejajarkan dengan Incheon dan Swarnabhumi. Sangat modern dengan struktur baja untuk bangunan berbentangan luas. Sebagai salah satu dari 10 bandara tersibuk di dunia, bandara ini sangat luas. Setidaknya dari turun pesawat, imigrasi,  hingga mengambil bagasi, membutuhkan waktu kurang lebih 1.5 hingga 2 jam.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 malam waktu Taiwan, saat saya dan rombongan media dari Indonesia keluar bandara dan bertemu Calem. Perwakilan TLDFA sekaligus pemandu kami selama tour. Kegiatan malam itu menuju Fairy Story Village Organic Farm di distrik Yilan untuk beristirahat. 1,5 jam perjalanan menggunakan bus.

Bagai berada dalam lokasi syuting Korean drama di Shangrila Leisure farm.

Di dalam bus yang nyaman dengan fasilitas wifi tanpa batas, Calem menjelaskan rangkaian acara selama di Taiwan. Ia menjelaskan tentang Taiwan Leisure Farm Development Association (TLFDA), organisasi non laba yang menaungi 200 anggota berupa pertanian dan peternakan yang tersebar di seluruh wilayah di Taiwan. Tujuan didirikannya TLFDA adalah menjadikan pertanian dan peternakan sebagai Leisure farm untuk rekreasi keluarga yang menarik dan tempat menginap yang nyaman.

Beberapa mungkin berada jauh dari keramaian, tetapi jangan kuatir tersedia paket-paket perjalanan  yang memungkinkan fasilitas all in  hingga antar-jemput. Dari penjelasannya, saya baru mengetahui bahwa Taiwan merupakan negara tujuan wisata penghasil buahan yang diakui dunia. Pergantian musim berarti perubahan hasil tanaman. Jadi, bila ingin merasakan satu jenis tanaman khas, harus datang pada bulan saat tanaman tersebut dipanen. Seperti kumquat. Buah jeruk yang bisa dimakan bersama kulitnya dan matang hanya di musim dingin di bulan Januari-Februari. Di bulan lain, turis hanya bisa menikmati Kumquat yang diawetkan dalam bentuk permen, manisan, teh, atau vinegar.

Interior khas anak-anak di Fairy Story Village.

Tahun 2018, TLFDA boleh berbangga karena 10 anggota telah  bersertifikat halal. Halal tidak didefinisikan tanpa babi atau hanya menyediakan makanan vegetarian dan laut. Cara pemotongan dan perlakuan hewan ternak, kebersihan alat memasak dan alat makan dari unsur yang diharamkan sangat diperhatikan. Area makan antara pengunjung muslim dan umum biasanya terpisah, serta tersedia ruang bersih untuk beribadah. Nah, agenda kami adalah berkunjung ke sembilan tempat diantaranya.

Pertanian anggota TLFDA memiliki tema khas. Interior yang unik, kegiatan DIY tematik atau restoran organik dengan hasil pertanian dari kebun sendiri.  Tempat menginap di malam pertama adalah Fairy Story Village Organic. Kawasan pertanian dengan fasilitas guest house, hotel, restaurant dengan sertifikat halal dari Chinese Muslim Association. Uniknya, guesthouse dan hotel ditata seperti negeri dongeng, lengkap dengan perosotan, tempat tidur berbentuk kastil, bahkan tenda untuk bermain. Seperti pertanian di Taiwan pada umumnya, Fairy Story Village Organic memiliki variasi hasil pertanian yang berbeda tiap musim, di bulan September adalah saat mekar bunga rosella.

Selama berkunjung, turis tidak hanya diajak menikmati keindahan alam. Seluruh keluarga akan berpartisipasi dalam kegiatan DIY yang menyenangkan. Di Fairy Story Village Organic ada DIY membuat rosella vinegar menggunakan bunga rosella segar, teh kumquat dan gula batu. Dalam wadah menyerupai bola lampu, ketiganya dicampur lalu dibawa pulang karena baru bisa dinikmati setelah disimpan selama tiga bulan. Larutan ini konon sangat berguna untuk melancarkan darah, bagus untuk kulit dan membuat kerja jantung lebih baik.

Serunya membuat permainan tradisional di Shangrila Leisure Farm.

Di Shangrila Leisure Farm saya bermain gasing dan membuat DIY permainan tradisional setelah hiking menuruni lembah untuk melihat tanaman buah. Lalu dilanjutkan dengan berfoto di depan rumah kayu, yang menurut saya seperti lokasi syuting drama Korea. Di Lan Yan Prawn Ecological Farm, saya ikut bersama wisatawan lokal memancing udang secara tradisional. Di La Yan, udang diberi makan dengan teknik alami, menggunakan pakan dari rumput laut. Memancing udang tidak terasa lelah, karena larut dalam euforia menyemangati teman yang berhasil dan lumayan, dua udang berukuran sedang berhasil saya tangkap sendiri.

Suasana pemancingan udang di Lan Yan prawn Ecological Farm.

Terpencil dari balik gunung (paviliun Toucheng Leisure farm).

Masih di Yilan, Calem mengajak kami berpindah ke Toucheng. Kota kecil sebagai  tujuan wisata untuk menikmati gunung dan laut  untuk mengunjungi Toucheng Leisure farm. Letak resort dan pertanian ini sedikit terpencil dari balik bukit. Dimiliki Madam Mo, Toucheng Leisure Farm adalah pertanian rekreasi dengan aktivitas DIY yang beragam. Saat tiba di sore hari, kami langsung diajak berkeliling di kebunnya yang penuh dengan sayuran, tanaman rempah dan bunga. Bersama pemandu, kami diajak berkeliling mengenali jenis tanaman dan boleh memetiknya sebagai bahan topping pizza. Kami sempat saling bertukar pandangan saat  dipersilahkan memetik kacang panjang, kecipir, terung ungu untuk dipadankan bersama udang atau tuna di atas pizza. Sayangnya pizza karya saya digulung terlalu tipis sehingga saat dikeluarkan dari oven batu dan apinya besar, pinggirannya sedikit gosong dan bagian tengahnya menempel di cetakan, sehingga sulit terlepas.

Kepiting segar hidangan khas dari Cing Dong Crab Ecological farm

Malam harinya, setelah makan malam. Dua kegiatan DIY sudah disiapkan, yaitu menghias kaos atau tas menggunakan berbagai jenis bentuk daun yang dicelupkan dalam cat warna warni. Dengan kertas Koran, daun berbalut cat ini ditempelkan di atas kaos/tas lalu dikeringkan menggunakan setrika panas selama 5 menit. Senangnya. Sebelum kembali ke kamar, sebuah lampion besar telah dipersiapkan. Kami boleh menulis doa dan keinginan diatasnya, lalu lampion akan diterbangkan dengan harapan, Tuhan di atas sana akan mengabulkannya. Semoga saja.

Museum yang memperlihatkan proses ektraksi bunga menjadi bahan baku pembuatan produk kecantikan di Flower Home leisure Farm.

Esok hari, sebelum kami bertolak ke Miaoli. Daerah pegunungan yang bisa ditempuh 2 jam dari Taipei atau 3 jam dari Yilan. Terlebih dahulu mengunjungi Flower Home Leisure farm. Pertanian bunga milik keluarga Chen. Selain pertanian, pemiliknya Chen Chi Neng juga membangun penginapan, workshop penyulingan untuk bahan dasar pembuatan sabun, lotion, shampoo, essence wajah, garam mandi, aromatherapy dan lain-lain, serta toko untuk menjualnya. Flower Home Leisure farm dibangun sebagai dedikasinya kepada istri yang hipersensitif pada wewangian produk kecantikan. Malam itu kami menginap di paviliunnya, sehingga berkesempatan mencoba produk tersebut gratis.

Keseruan belajar teknik indigo tye dye di Zhuo Ye Cottage.

Flying Cow Ranch

Di Miaoli, kami mengunjungi Zhuo Ye Cottage dan Flying Cow Ranch. Zhuo Ye Cottage adalah cottage di atas gunung milik Cho King Pang dan istrinya. Di dalamnya di tata layaknya desa tradisional Taiwan. Mereka membuka workshop indigo tye dye dari ekstrak daun Kayan. Turis boleh mencoba kegiatan pencelupan pada kaos, tas, topi, atau scarf, lalu makan di restoran vegetarian atau mencoba es krim jahe buatan sendiri. Terakhir sebelum kembali ke Taipei, kami menuju Flying Cow Ranch. Peternakan ini mengajak turis interaktif memberi makan sapi, memerah susu, melihat atraksi memberi makan bebek yang seru, hingga berbelanja produk dan makanan berbahan dasar susu. Selain menyediakan makanan dan produk halal, Flying Cow Ranch menyediakan toilet khusus untuk pengunjung muslim agar dapat membersihkan diri sesuai syariah islam.

 

Naskah: Pipit Pianita (Traveller)

 

 

 

Tags:
Leave a Comment