
Foto: Tanamania
Kamboja Jepang sering dianggap versi mini kamboja. Padahal keduanya berbeda jenis meski masih satu keluarga, Apocynaceae. Kamboja Jepang atau bahasa latinnya, Adenium sp., sedang kamboja Plumeria sp. Adenium memiliki bermacam warna dan bentuk daun. Daunnya ada yang berbulu, ada yang tidak. Jenis lokalnya sendiri hanya satu jenis, berbunga warna merah muda.
Kini terhitung ada kira-kira 125 jenis Adenium dengan berbagai warna dan bentuk bunga serta daun. Mulai dari bunga berwarna putih bersih, pink pucat, pink keunguan, magenta, hingga merah. Juga ada campuran dua warna, merah dan putih, atau kombinasi lain. Hasil dari perkawinan (hibrid) jenis-jenis Adenium, banyak diimpor dari Thailand, Taiwan, dan Amerika.
Baca: Suplir Tanaman Manja
Di China dan Taiwan, Adenium disebut juga fu kwai fah, artinya tanaman kemakmuran pembawa keberuntungan. Mereka percaya, menyimpan Adenium dalam rumah akan memberi semangat, kebahagiaan dan menambah keberuntungan. Di Malaysia, orang menyebut Kamboja China, sedangkan di Thailand, biasa disebut chuanchom yang berarti lihatlah.
Warna merah pada Adenium melambangkan keberuntungan sehingga jenis yang berwarna inilah yang banyak laku. Namun sejak pertengahan 2002, Adenium berwarna putih juga mulai digemari. Mungkin karena warna putih terlihat lebih anggun. Putih juga melambangkan kesucian atau sakral. Bunga Adenium muncul sepanjang waktu, tidak mengenal musim. Begitu bunga mulai layu, muncul putik bunga baru yang dalam waktu singkat segera mekar. Jadi keindahan bisa dinikmati terus-menerus tanpa menunggu musim bunga.
Baca: Lucky Bamboo, Tanaman Bambu Pembawa Keberuntungan
Tidak hanya satu jenis bunga yang terdapat dalam satu pot. Tetapi bisa 5 bahkan 10 jenis dengan bunga aneka warna. Bentuk bunga dan daun juga berbeda-beda. Ini karena hasil okulasi (menyambung batang/bonggol bawah dengan entres/batang atas). Dua jenis Adenium yang diokulasi sebaiknya yang memiliki ukuran dan bentuk daun sama, agar kemungkinan menghasilkan jenis dengan warna dan bentuk bunga bisa sesuai dengan yang kita inginkan.
Keindahan Adenium selain dari bunga, juga dari bonggol (batang bagian bawah). Bentuk bonggol menentukan harga Adenium. Semakin unik bentuknya, semakin mahal harganya. Perlu diketahui, Adenium yang memiliki bonggol adalah Adenium yang berasal dari biji. Sejak tumbuh, akar dan batangnya sudah membesar.
Baca: Poinsettia si Bunga Natal
Perbanyakan Adenium selain dengan biji, juga bisa dari setek batang atau cangkokan. Bedanya, yang diperbanyak dari biji akan menghasilkan tanaman dengan bonggol, lebih menarik dibandingkan tanaman hasil perbanyakan dengan setek atau cangkokan yang tidak menghasilkan bonggol.
Syarat Tumbuh
Sama seperti kamboja, Adenium tanaman yang kuat. Tahan kekeringan (irit air) dan sangat menyukai sinar matahari. Disiram seminggu sekali pun tidak akan membuat tanaman ini mati. Tetapi sebaiknya disiram sekali sehari jika cuaca panas. Jika mendung atau musim hujan 2-3 hari sekali. Agar lebih akurat, bisa dicek dengan memasukkan jari tangan ke media untuk memastikan kelembabannya. Penyiraman sebaiknya hanya di media tanam, tidak terkena daunnya.
Baca: Palem Bangsawan dari Kerajaan Tanaman
Media tanam yang diinginkan poros (tidak mengikat air) harus mengandung pasir kasar, misal, pasir Malang yang berbutir seperti media tanam bonsai. Dicampur tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Ada juga yang menambahkan arang dan kapur. Adanya kandungan pasir agar kelebihan air saat penyiraman atau air hujan segera mengalir keluar sehingga tidak tergenang dan menyebabkan akar Adenium busuk. Penyebab kematian Adenium yang sering dijumpai, akarnya membusuk. Yang juga penting, penggantian media tanam. Gantilah tiap 6 bulan sekali karena Adenium yang ditanam dalam pot mendapat nutrisi terbatas sehingga harus diperbaharui setiap jangka waktu tertentu.
Untuk pemupukan, berikan pupuk NPK yang slow release 6 bulan sekali di seputar tanaman. Takaran yang diberikan harus sesuai dengan yang tertera dalam kemasan. Bisa juga menggunakan pupuk kandang, namun harus hati-hati memilih pupuk kandang karena ada yang belum matang.
Naskah: Naomi Sinaga
Leave a Comment