Pengembangan Properti Berorientasi Transit

  • Home
  • Opini
  • Pengembangan Properti Berorientasi Transit

Foto: Ilustrasi dok. Damoci

Total kendaraan dari kuartet kota satelit menuju Ibukota mencapai 1,4 juta per hari, dengan kerugian lantaran kemacetan di Jakarta sekira Rp28 triliun per tahun,. Sebuah kota megakosmopolitan laiknya Jakarta memerlukan kawasan dengan konsep transit oriented development (TOD) sebagai salah satu jawaban terhadap kemacetan. Di kawasan TOD, hunian maupun komersial terintegrasi satu sama lain dalam satu area dengan sistem transportasi massal seperti TransJakarta, kereta komuter, Light Rail TransitMass Rapid Transit, dan Bus Rapid Transit.

Baca: Industri Properti 4.0 dan Keamanan Digital

TOD adalah sebuah rancangan integral untuk eskalasi pembangunan kota yang mengadopsi konsep pengembangan properti multifungsi dan optimalisasi utilisasi transportasi publik untuk solusi jangka panjang yang memberikan kenyamanan hunian dan aktivitas bermasyarakat. Properti berkonsep TOD ini selain membabat bujet transportasi jadi jauh lebih ekonomis, sekaligus mendukung pemerintah dalam program pemerataan pembangunan khususnya hunian bagi rakyat untuk memberikan denyut peradaban baru demi masyarakat urban Ibukota dan suburban di kota-kota satelit. Pembangunan permukiman TOD harus berada dalam satu wilayah multimoda transportasi massal yang reunifikasi dengan pusat bisnis serta saling terkoneksi dengan properti TOD lainnya sehingga memudahkan terciptanya remigrasi.

Baca: Mahasiswa Zaman Sekarang Pilih Apartemen

Kawasan TOD terdiri dari beberapa konstruksi vertikal dengan aneka fungsi berkonsep one stop living, berupa apartemen, kondotel, rumah susun, ruko, ritel, hotel, perkantoran, plaza, perbelanjaan, pasar, sekolah, taman, kuliner, hingga jalur pesepeda dan pedestrian, sebagai resolusi terhadap kemacetan dan pemanfaatan transportasi publik dengan tujuan primer yaitu agar masyarakat dapat lebih menikmati hidup karena efisiensi waktu, jarak, dan tenaga yang tidak terbuang percuma di jalan.

Baca: Hanya 43 Persen Warga Jakarta yang Punya Rumah

Investasi di sektor properti tampak akan deras masuk dilihat dari banyaknya perusahaan pengembang yang akan membangun proyek TOD dengan potensi pertumbuhan harga rata-rata sekitar 18% per tahun dalam jangka panjang. Pengembangan properti dengan basis TOD perlu kejelasan regulasi dan zonasi agar ekspansi dilakukan secara baik dan terfokus dengan tetap mengindahkan kepentingan komunal agar tercipta pemukiman yang efisien sehingga mendorong pengembangan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Saat ini mayoritas properti yang dikembangkan di sepanjang rute merupakan klasifikasi menengah atas dengan kisaran harga Rp800 juta lebih yang tentunya dirancang menjadi daerah hunian modern dan mangkus serta dengan mobilitas yang praktis dan gancang.

Baca: Teknologi Digital pada Sektor Properti

Konsep properti ini menjadi yang terseksi masa kini di tengah derasnya pembangunan infrastruktur. Para pengembang mulai membangun hunian dengan konsep TOD dengan membidik daerah Cibubur, Cikarang Karawang, dan Serpong. Untuk fase pertama, mulai di Pondok Cina dan Tanjung Barat. Pemerintah juga terbuka bagi pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pengembangannya yang nantinya hingga Bogor. 30 perusahaan asal Singapura beraset sekitar US$200 juta datang untuk jalin kerja sama dalam proyek TOD. Adapun tahap pertama akan dibangun spot-spot pembangunan di sekitar trek 43 km dan pada stasiun rute Cibubur, Cawang, Kuningan, Dukuh Atas, dan Bekasi Timur. Tak kurang dari dasa proyek sekitar Rp35 triliun juga akan dibangun dalam sewindu ke depan. Adapun setengah lusin proyek yang dikembangkan saat ini luasnya mendekati 50 hektare dengan nilai mencapai Rp24 triliun di Bekasi, Cikoko, Ciracas, dan Sentul.

Gairah pengembang proyek properti terintegrasi dengan jaringan transportasi publik ini terus menggeliat menjadi sebuah proyek perkotaan yang selaras untuk pembangunan kota besar karena mengombinasikan jalur transportasi publik dengan titik-titik hunian terpadu sehingga menciptakan oportuniti tempat kegiatan usaha baru di kawasan tersebut sebagaimana juga yang terlaksana di Amerika Serikat, Eropa, Hong Kong, Jepang, Korea, dan Singapura. Pembangunan hunian terintegrasi yang berbasis TOD merupakan format perencanaan kota dengan mengoptimalisasi akses ke transportasi konvensional. Peluang properti TOD akan melaju kencang hingga setengah dekade mendatang karena memberikan faedah yang luas untuk khalayak pelanggan transportasi umum untuk mereguk peningkatan layanan transportasi, eliminasi durasi tempuh, dan pastinya peningkatan nilai properti itu sendiri.

David Cornelis – Pengamat Properti

www.davidcornelis.com

Tags:
Leave a Comment