Apartemen Le Corbusier Dibuka untuk Publik Setelah Direstorasi

  • Home
  • Lifestyle
  • Apartemen Le Corbusier Dibuka untuk Publik Setelah Direstorasi

Foto: François Chatillon Architecte.

Athome.id – Le Corbusier (Charles-Édouard Jeanneret) pernah tinggal bersama istrinya, Yvonne Gallis, di sebuah penthouse apartemen di Immeuble Molitor.  Mereka tinggal di apartemen itu dari 1934 hingga 1965. Setelah 50 tahun berlalu, kini apartemen yang menjadi bangunan cagar budaya itu dibuka untuk umum. Dua tahun proses restorasi dilakukan oleh Studio Arsitek François Chatillon, di bawah pimpinan Fondation le Corbusier (Yayasan Le Corbusier). Mari kita lihat bagaimana proyek restorasi ini berlangsung.

Immeuble Molitor adalah gedung apartemen di kota Paris yang dirancang oleh Le Corbusier dan sepupunya, Pierre Jeanneret, pada tahun 1931 dan selesai dibangun tahun 1934. Apartemen ini berada di wilayah antara Paris dan Boulogne, yang dulu hits sebagai tempat berkumpulnya para arsitek Avant-Garde.

Di tempat ini pula ide ‘utopia’ tentang Ville Radieuse (Radiant City) mengemuka dari kepala Le Corbusier. Ide-ide lainnya juga bisa kita lihat dari kondisi apartemen yang menjadi wadah eksperimen sang legenda. Perencanaan ruang yang bebas, kebun di atap, atap kubahnya, polychromy, jendela geser yang lebar, hingga pintu putarnya.

Apartemen seluas 240 meter persegi ini terdiri dari empat bagian dalam dua tingkat lantai. Lantai 7, sebagai tingkat pertamanya, terdiri dari workshop, living room, ruang makan, kamar tidur dengan kamar mandi, dan dapur.

Di lantai 8, ada kamar tamu dan taman. Karakter utama apartemen ini adalah interior yang terang dan alur ruang-ruangnya yang begitu bebas, sangat cair. Kecukupan cahaya pada interior dihasilkan dari dinding-dinding kaca pada dua sisi fasad, serta beberapa skylight. Sementara fleksibilitas ruang-ruangnya tercipta karena adanya dinding putar (pivoting walls) yang memungkinkan untuk membentuk ruang menerus antara fasad atau sebaliknya untuk menutup area workshop. Prinsip yang sama diterapkan pada ruang makan dan kamar tidur yang dipisahkan dengan lemari lebar yang bisa didorong-tarik layaknya pintu.

Kontinuitas antar ruang juga dipertegas dengan penggunaan ubin yang seragam untuk menutup lantai. Bagi seorang Le Corbusier, kemewahan adalah ruang. Bukan material yang ia pilih untuk digunakan. Semua material di apartemen ini biasa digunakan oleh siapapun, seperti lantai porselen, kayu lapis oak, atau batu bata kaca Nevada produksi Saint-Gobain.

Daripada dibiarkan kosong tanpa penghuni setelah kematian Le Corbusier, Yayasan Le Corbusier memberi wewenang kepada André Wogenscky, mantan kepala pelaksananya, untuk menempatkan timnya di tempat tersebut dari tahun 1973 hingga 1991. Selanjutnya pihak yayasan secara teratur melakukan pemeliharaan dengan memodifikasi atau mengganti beberapa perangkat yang usang.

Meski selalu menjalani perawatan selama bertahun-tahun, namun karena sejak awal ada kesalahan penyekat pada beberapa bagian bangunan, serta sempat tidak adanya penghuni, menyebabkan gangguan ventilasi pada apartemen. Kurangnya pelindung bangunan juga menyebabkan infiltrasi yang mengganggu kelembaban ruangan sehingga menghasilkan pengelupasan cat.

Retakan-retakan pun terlihat pada beberapa batu bata kaca yang terpasang di fasad. Begitu juga dengan bagian-bagian dari logam yang berada di luar bangunan. Lubang kunci, engsel, atau railing balkon yang sering terpapar hujan menjadi berkarat. Paparan matahari musim panas dalam jangka waktu lama terhadap jendela besar memberi efek panas berlebihan ke dalam ruangan, yang menyebabkan perubahan pada material. Sampai akhirnya sebuah proyek ambisius restorasi apartemen ini memang diperlukan.

Fondation Le Corbusier yang memimpin proyek restorasi, ingin menggunakan kemampuan para arsitek yang dikenal karena pengalaman mereka dalam restorasi objek arsitektur abad ke-20, termasuk praktisi yang sebelumnya bekerja pada karya Le Corbusier. Itu sebabnya mereka mempertahankan François Chatillon, Kepala Arsitek Monumen Bersejarah (Architecte en Chef des Monuments Historiques/ACMH), yang diakui karena keahliannya, khususnya berkaitan dengan restorasi karya Le Corbusier dan Pierre Jeanneret yang pernah mereka lakukan sebelumnya pada Cité de Refuge.

Proyek restorasi berlangsung selama dua tahun. Untuk mendapatkan suasana asli seperti sedia kala, François Chatillon mencoba menelusuri kembali bagaimana keadaan dan suasana hati apartemen ini berevolusi selama bertahun-tahun ditinggali oleh Le Corbuisier.

Tim arsitek dan para ahli berbagai disiplin ilmu dari pihak yayasan bekerja sama secara hati-hati dalam mengganti material-material lama yang sudah terdegradasi, untuk menghidupkan kembali warna-warna dan tekstur-tekstur, bahkan kondisi thermal interior ruangan ini. Seorang ahli restorasi cat, Marie-Odile Hubert, turut membantu untuk memastikan dinding-dinding apartemen punya warna semirip mungkin dengan warna aslinya.

Perusahaan furnitur asal Italia, Cassina juga ambil bagian dalam proyek ini. Mereka bertugas untuk merestorasi furnitur-furnitur dan karpet kulit sapi yang berada di ruang duduk, termasuk kursi LC2 Lounge Chair dengan lapisan kulit berwarna hitam, yang merupakan koleksi Cassina yang dirancang oleh Le Corbusier sendiri.

Bagi Anda yang punya rencana ke Paris, sempatkan untuk mampir ke tempat ini, sebagai ikon bersejarah bagi para desainer, khususnya para arsitek. Foto lebih lengkap di sini.

 

Naskah: Donny Amrin

 

Tags:
Leave a Comment