
Foto: Yu Sing, @iniyusing, @yusing
Tak bisa disangkal, bakat mempunyai peranan penting pada kesuksesan seseorang. Tapi bakat tidak akan berarti tanpa disertai kerja keras. Arsitek Yu Sing telah membuktikannya. Arsitek muda yang karya-karyanya banyak mendapat pengakuan dari kalangan arsitek tanah air ini berkenalan dengan dunia arsitektur sejak di bangku kuliah. “Saya memilih jurusan arsitek untuk menghindari pelajaran hafalan. Saya suka menggambar walau tidak punya bakat menggambar. Niatnya mau bersantai-santai, ternyata jurusan arsitek malah banyak sekali tugasnya. Saya pun berpikir untuk pindah jurusan,” kenang arsitek jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Hasil psikotes semasa SMA mengatakan bahwa ia memiliki daya bayang ruang yang rendah. Awalnya Yu Sing tidak paham maksud “daya bayang ruang” tersebut. Saat kuliah di jurusan arsitektur baru ia merasakan bahwa dirinya kesulitan membuat gambar perspektif, salah satu teknik gambar dasar bagi seorang calon arsitek. “Kuliah tingkat dua saya mulai pasrah, yang penting lulus mata kuliah. Di tingkat tiga saya bertemu dengan dosen yang “enak”, bapak Eko Purwono. Beliau memberi kebebasan dalam mendesain dan menilai berdasarkan karakter masing-masing mahasiswanya. Saya pun mulai menyukai arsitektur,” cerita mahasiswa angkatan ’94 ini.
Tumbuh di keluarga yang demokratis membuat Yu Sing menyukai kebebasan. Kebebasan itulah yang mampu membebaskan kreativitas dalam dirinya. Semua kekurangan bakatnya pelan-pelan kalah oleh semangat, kerja keras, dan kecintaannya terhadap dunia arsitektur. “Dengan bakat terbatas seperti ini, saya bisa dipercaya klien untuk membangun rumah mereka. Apalagi para mahasiswa arsitektur dengan bakat yang besar, pasti mereka bisa jauh lebih hebat bila mereka mau belajar dan bekerja keras,” tantang Yu Sing.
Mimpi Rumah Murah
Anggapan yang berkembang di masyarakat, membangun rumah dengan jasa arsitek biayanya mahal. Maka tidak sedikit masyarakat dengan berbekal referensi dari majalah lalu menjadi arsitek dadakan bagi rumahnya sendiri dan menyerahkan proses pembangunan kepada tukang. “Ilmu pengetahuan apapun dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat, bukan hanya melayani golongan tertentu. Begitupun seharusnya arsitektur digunakan,” ujar Yu Sing. Ia ingin memasyarakatkan bahwa membangun rumah dengan jasa arsitek tidak selalu mahal. Arsitek juga bisa mendesain rumah yang layak dengan biaya murah. “Saya ingin memberi pengetahuan bahwa jika mereka dibantu arsitek, rumah murah sekalipun akan lebih hemat, jauh lebih bagus, jauh lebih menarik, lebih inspiratif, dan dengan bangunan yang inspiratif akan memberi pengaruh positif bagi penghuninya,” jelas Yu Sing. Ia memberi jasa desain yang lebih murah untuk proyek rumah murah. Tak heran banyak peminat menghubunginya dari Aceh hingga Papua. Sayang untuk daerah yang jauh dari tempat tinggalnya di Bandung, proyek rumah murah ini sulit diwujudkan karena biaya transportasi untuk pengawasan akan membengkak.
“Kalau saya sudah mampu nanti, saya ingin banyak menerima mahasiswa dan fresh graduate dari berbagai daerah untuk magang di tempat saya. Saya ingin berbagi tentang konsep rumah murah. Nantinya mereka kembali ke daerahnya dan ikut membangun proyek rumah murah untuk masyarakat. Merekalah yang bisa memberi edukasi kepada masyarakat bahwa membangun rumah menggunakan jasa arsitek tidak selalu mahal,” jelas Yu Sing. Menariknya, tidak hanya kalangan menengah ke bawah yang malas menggunakan arsitek. kalangan atas pun banyak yang memiliki anggapan salah tadi. “Kalau mereka punya mobil mewah pasti tidak mau service di bengkel kecil pinggir jalan, minimal bengkel resmi. Namun anehnya mereka berani mempertaruhkan rumahnya yang bernilai miliyaran rupiah dibangun tanpa bantuan ahlinya, seorang arsitek,” tutup Yu Sing.
Naskah: Donny Amrin
Leave a Comment