
Athome.id – PT Onduline Indonesia kembali mengundang para profesional arsitek, disainer, pengembang properti, pelaksana dan perancang bangunan, baik perorangan maupun proyek untuk ambil bagian dalam sayembara desain konstruksi atap bangunan berkelanjutan (sustainable construction) bertajuk Onduline Green Roof Award (OGRA) 2023 Asia.
Sayembara dibuka sejak 14 April 2023 lalu. Batas waktu pengumpulan karya lomba masih dibuka hingga 30 Agustus 2023 pukul 23:59 WIB. Setelahnya akan dilakukan tahap penjurian sepanjang September 2023, dan pengumuman pemenang dijadwalkan pada Oktober 2023. Sebagai informasi, peserta yang ingin berkompetisi wajib lebih dulu mengisi formulir pendaftaran melalui website www.ogra-contest.com.
Desain atap rumah tinggal dengan strategi berkelanjutan
Mengambil tema “Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses”, peserta yang memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidang arsitektur, desain interior, konstruksi, developer, konsultan perencana dan konsultan pelaksana diharuskan membuat desain atap untuk rumah tinggal yang dikelola dengan strategi berkelanjutan, sehingga penekanannya lebih kepada bagaimana desain tersebut memperhatikan lingkungan, baik dalam struktur bangunan maupun bahan bangunannya.
Diplotnya tema kompetisi desain atap bangunan hijau (green building) sebagai wujud respon Onduline terhadap isu kualitas ligkungan yang makin merosot akibat sifat manusia yang konsumtif terhadap energi dan kegiatan yang memicu perubahan iklim yang semakin ekstrem (climate change). Beberapa kriteria untuk dapat disebut sebagai green building, sekaligus menjadi poin penilaian karya desain antara lain strategi pengolahan air hujan, tata guna lahannya berdasarkan lingkungan sekitar bangunan, kualitas udara di dalam ruangan (indoor quality), material yang digunakan, termasuk pemakaian energi di dalam rumah.
Tahun ini, perhelatan kompetisi OGRA lebih menarik dan menantang lantaran selain diikuti peserta asal Indonesia, kompetisi ini juga terbuka bagi peserta dari kawasan Asia Tenggara mencakup lima negara, yaitu India, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Thailand.
Onduline Asia Pacific Director Olivier Guilly tidak menyangka sayembara desain atap yang digelar rutin dua tahunan ini mendapat perhatian besar dan diikuti banyak peserta dari Tanah Air, bahkan direspon baik oleh peserta dari negara lain. Per akhir Juni lalu, 300 peserta yang berasal dari enam negara tersebut telah mendaftarkan karya desain atap rumah terbaik mereka.
“Ini sangat menggembirakan karena secara tidak langsung mereka sangat peduli dengan lingkungan. Antusias peserta dari Indonesia meningkat, mereka melihat dari tema kali ini yang lebih erat dengan kondisi alam di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Pun peserta dari negara-negara lain juga antusias luar biasa, khususnya India dan Filipina. Mereka bersemangat sekali mengikuti OGRA 2023 Asia mengingat mereka pertama kali mengikuti kompetisi yang kami gelar,” jelas Olivier pada Kamis (6/7) lalu.
Sementara itu, secara khusus Country Director PT Onduline Indonesia Esther Pane juga menyampaikan terima kasihnya atas antusiasme peserta dari enam negara, khususnya Indonesia mengikuti sayembara desain atap rumah OGRA 2023 Asia ini.
“Terima kasih seluruh antusiasme masyarakat yang telah berpartisipasi mendaftar dan mengirimkan hasil karya terbaiknya. Bagi yang belum mendaftar masih ada kesempatan hingga akhir Agustus 2023. Masih ada dua bulan lagi. Kami menunggu karya-karya kreatif dari profesional di bidang desain dan arsitektur. Mari bersama-sama kita menyelamatkan bumi dengan membuat perubahan melalui ciptaan desain rumah berkelanjutan dan hemat energi,” seru Esther saat mengisi materi press conference Onduline Green Roof Award 2023 Asia di ajang pameran bahan bangunan IndoBuildTech 2023 di ICE BSD, Serpong, Tangerang, Kamis (6/7) lalu.
Wadah karya-karya kreatif dari profesional di bidang desain dan arsitektur
Sayembara OGRA menjadi titik penting bagi Onduline Indonesia dalam membina komunikasi yang baik sekaligus wadah yang tepat bagi rekan-rekan arsitektur dan turunannya untuk berkreatifitas dan menuangkan ide-ide brilian demi keberlangsungan lingkungan yang lebih hijau. “Sayembara OGRA ini sejalan dengan visi Onduline Indonesia sebagai produsen lembaran atap bitumen terbuat dari bahan resin, mineral dan serat selulosa yang aman dan ramah lingkungan, dimana tujuan akhirnya yaitu membangun Indonesia lebih hijau,” ungkap Esther lebih lanjut.
Esther menyampaikan, OGRA menjadi momen yang pas untuk mengapresiasi kalangan arsitek dan turunannya untuk mensosialisasikan bangunan dan desain rumah ramah lingkungan. “Kami akan terus konsisten mengkomunikasikan solusi Onduline sebagai solusi atap hijau dengan Green Label Indonesia,” tandasnya.
Digagas sejak 2013, kini hajatan dua tahunan ini telah dihelat ke-enam kali sepanjang 10 tahun terakhir. Selama kurun waktu itu telah didapatkan lebih dari 500 entri dan menampilkan belasan juri terkenal dari seluruh Indonesia.
Pada OGRA 2023 Asia, Onduline Asia Pacific Director Olivier Guilly bersama para ahli arsitektur ternama hadir menjadi juri untuk memilih proyek terbaik dan yang paling menonjol. Diantaranya, Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto, Principal Architect Archimetric Ivan Priatman, serta arsitek terkemuka, perencana kota, ahli lingkungan dari Filipina yang juga salah satu dari 48 pahlawan filantropi di dunia menurut Majalah Forbes, Felino ‘Jun’ Palafox Jr.
Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto mengatakan, selama satu dekade terakhir, perbincangan mengenai perubahan iklim semakin mencuat di berbagai kalangan. Perubahan cuaca ekstrem di berbagai negara, badai, banjir bandang, kekeringan dan kebakaran hutan adalah respon alam terhadap peningkatan suhu global.
Menurutnya, setiap negara harus membuat komitmen dan target yang lebih ambisius untuk menurunkan emisi sebagai wujud menyikapi maraknya bencana alam. “Ke depan, target penurunan emisi global akan semakin ketat. Untuk mengurangi emisi lebih ambisius, penggunaan atap bangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi satu dari sekian elemen yang dapat berkontribusi besar terhadap penurunan emisi karbon di sektor properti,” tegas Iwan Prijanto.
Sementara itu Principal Architect Archimetric Ivan Priatman mengatakan, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan menghasilkan biaya operasional yang lebih rendah 20-30 persen dibandingkan dengan biaya operasional bangunan konvensional. Apalagi dengan adanya dorongan dari pemerintah dan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060, dia menilai ke depannya tren pemasangan atap ramah alam yang berdampak pada pengurangan energi diprediksi akan mengalami peningkatan. “Untuk hunian pribadi maupun komersial, mendesain atap dengan melihat kondisi sekitar akan sangat memengaruhi biaya yang dikeluarkan,” ujar Ivan.
Untuk kompetisi bergensi ini, Produsen atap bitumen ramah lingkungan Onduline telah menyiapkan total hadiah uang tunai sebesar USD 9.200 atau setara Rp145 juta dan piala eksklusif untuk semua pemenang. Pemenang pertama akan menerima USD 3.300 setara Rp52 juta, juara kedua USD 2.300 atau Rp36 jutaan, juara ketiga USD 1.600 atau Rp25 jutaan, serta juara 4 & 5 masing-masing USD 1.000 setara Rp15 jutaan. Juara 1 dan 2 juga akan diundang sebagai pembicara utama di sejumlah kegiatan Onduline.
Leave a Comment